Pelukisini adalah pelukis Istana Merdeka di tahun 1974, merupakan putra dari pelukis abad 20 Indonesia yakni Abdullah Suriosubroto. Terlahir tahun 1925 dan wafat tahun 1993. Termasuk ke dalam jajaran maestro lukis Indonesia dengan aliran realis, ia bahkan terkenal sebagai pelukis yang mampu melukiskan kecantikan wanita dengan sangat sempurna. Jakarta - Sejak dulu Indonesia sudah dikenal di mata dunia berkat karya besar maestro lukis tanah air. Beberapa karya pelukis Indonesia tersebut berhasil mencuri perhatian dunia. Siapa saja mereka?Berdasarkan penelusuran detikcom, setidaknya ada beberapa maestro seni lukis Indonesia yang karyanya diakui dunia. Mulai dari Affandi Koesoema, Jeihan Sukmantoro, hingga Raden ini daftar Affandi KoesoemaAffandi. Foto Lukisan karya maestro seni Indonesia Dok. JababekaPelukis asal Yogyakarta ini dikenal sebagai maestro seni lukis Indonesia yang mendunia berkat gaya ekspresionisme dan adalah seniman Indonesia pertama yang mengikuti Venice Art Biennale 1954 atau pameran seni tertua yang digelar di Venesia, Art Biennale juga menjadi ajang bagi seniman dunia untuk memajang karya-karyanya di pasar seni kelahiran Cirebon pada 1907 silam, diketahui menghasilkan lebih dari lukisan. Dengan jumlah karyanya ini, Affandi dikenal sebagai pelukis paling produktif sepanjang masa. Kini, lukisan-lukisannya bisa dinikmati di Museum Affandi, Agus DjayaPelukis Agus Djaya. Foto Courtesy of Indonesian Visual Art ArchiveAgus Djaya adalah pionir seni lukis di Indonesia yang lahir pada 1 April 1913. Pada masa pendudukan Jepang, Agus Djaya direkomendasikan oleh Bung Karno menjadi Ketua Pusat Kebudayaan Bagian Seni satu ini juga dikenal sebagai pendiri dari Persatuan Ahli Gambar Indonesia PERSAGI. Ia mendirikannya setelah kembali ke Indonesia pada hidupnya, Agus Djaya disebut pernah melanglang buana ke berbagai negara di Eropa. Dia juga berteman dengan pelukis besar, seperti Salvador Dali, Pablo Picasso dan Ossip Agus Djaya juga beberapa kali menggelar pameran tunggal misalnya seperti Stedelijk Museum Amsterdam, Galerie Barbizon Paris, Grand Prix des Beaux Art Monaco, Biennale Sao Paulo Brasil, dan International Art Gallery Sydney.3. Jeihan SukmantoroPelukis Jeihan Sukmantoro ditemui di Museum MACAN Jakarta pada April 2019. Foto Tia Agnes/ detikHOTMaestro seni lukis yang dikenal dengan julukan si 'mata hitam' ini sangat lekat dengan mata warna hitam dalam objek perjalanannya di dunia lukis, Jeihan Sukmantoro pertama kali membuat lukisan pada 1963 dengan lukisan potret berjudul menggambarkan potret sang pelukis ketika masih kuliah di Institut Teknologi Bandung ITB. Kemudian dua tahun setelahnya, ia melukis 'Gadis' dan sampai puluhan tahun berikutnya lukisan 'mata hitam' masih eksis satu ini juga seorang pelukis yang mengikuti lebih dari 100 pameran. Ribuan lukisan berhasil dilahirkannya sejak awal berkarya di dekade 1960-an. Termasuk melukis 7 sosok Presiden Republik Basoeki AbdullahBasoeki Abdullah melukis Presiden Soeharto. Foto repro. buku Basoeki Abdullah, Sang Hanoman KeloyonganFransiskus Xaverius Basoeki Abdullah atau lebih dikenal dengan nama Basoeki Abdullah adalah salah satu dari maestro seni lukis Indonesia yang dikenal lukisan realis dan naturalis membuat karyanya dipamerkan di Bangkok, Malaysia, Jepang, Belanda, Inggris, Portugal, dan negara lain. Ada sekitar 22 negara yang memiliki karya kelahiran 27 Januari 1915 mulai dikenal dunia sejak penobatan Ratu Yuliana di Amsterdam, Belanda. Ia berhasil memenangkan sayembara melukis dan mengalahkan 87 pelukis Eropa Abdullah juga pernah memperoleh beasiswa untuk belajar di Akademi Seni Rupa Academie Voor Beeldende Kunsten di Den Haag, menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun dengan meraih penghargaan Sertifikat Royal International of Art RIA.5. Raden SalehLukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro Raden Saleh/1857 dengan sosok Raden Saleh di dalam lukisan. Foto Dok. Pameran Lukisan Istana KepresidenanSosok Raden Saleh menjadi perhatian Asia dan dunia karena lukisan-lukisannya diburu kolektor Indonesia dan satu lukisan yang fenomenal adalah Forest Fire yang dikoleksi oleh Galeri Nasional Singapura. Bahkan Galeri Nasional Singapura membuat satu ruang khusus untuk lukisan sang maestro yang dijuluki Pelukis Sang Saleh tak hanya dikenal sebagai pelopor seni modern di Indonesia saja, namun juga 1851, dia diketahui sebagai anggota pertama dari Koninklijk Instituut Voor taal- Land - en Volkenkunde KITLV atau institusi pengkajian Asia Tenggara dan Karibia milik Kerajaan sederet maestro seni lukis Indonesia yang karyanya diakui dunia. Apakah detikers pernah melihat lukisan salah satu seniman di atas? Simak Video "A. R. Tanjung Si Pelukis Poster Film 'Panas'" [GambasVideo 20detik] faz/pal
SENIINDONESIA- PAMERAN seni rupa Generasi 21 International Art Show, Virtual Exhibition yang digelar di Kualalumpur Malaysia 1 - 30 Oktober 2021 diikuti 5 negara, Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand dan Brunei. Terpilih 105 karya, salah satu peserta dari Indonesia adalah Ghulam Gurat Sopiandi pelukis muda kelahiran Bandung 21 Maret 2002, mahasiswa semester III prodi Seni []
– Dalam sejarah Eropa, Renaissance adalah periode kelahiran kembali atau peralihan dari Abad Pertengahan menuju zaman modern. Periode Renaissance berlangsung sejak abad ke-14 hingga abad ke-17. Pada masa ini, telah lahir cukup banyak pemikir, penulis, negarawan, ilmuwan, dan seniman sebab itu, Zaman Renaissance cukup banyak meninggalkan warisan-warisan bersejarah, termasuk lukisan. Ciri-ciri lukisan Renaissance adalah Menerapkan prinsip perspektif Naturalisme Melukis peristiwa-peristiwa dari kitab suci Baca juga Zaman Renaisans, Kelahiran Kembali Peradaban dan Kebudayaan Eropa Menerapkan prinsip perspektif Salah satu teknik atau prinsip dalam melukis adalah perspektif, yang merupakan prinsip menggambar sesuai dengan obyek yang karya seni yang diciptakan diusahakan realistis dan natural, karena para seniman berusaha menggambarkan orang atau obyek tertentu agar sesuai dengan aslinya. Menurut salah seorang pelukis ternama, yaitu Leonardo da Vinci, prinsip perspektif terbagi ke dalam tiga aspek, yaitu Ketika posisi obyek semakin jauh dari subjek, maka kenampakan obyek itu semakin berkurang. Namun jika posisinya semakin dekat dari penglihatan, maka garis obyek akan semakin terlihat jelas. Jika obyek dilihat dari jarak jauh, maka kemungkinan ukurannya akan terlihat semakin kecil. Perubahan warna dari obyek atau gambar biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan jarak pandang dari obyek yang awalnya dekat berubah menjadi lebih jauh. Baca juga Faktor Pendorong Kemunculan Zaman Renaissance Naturalisme Naturalisme merupakan salah satu ciri dari lukisan Renaissance yang dianggap dapat mengubah pandangan dan teknik terhadap seni lukis di dunia. Pasalnya, pada masa ini, muncul sebuah gambar anatomi dan lukisan. Salah satu pelukis terkenal pada zaman Renaissance, yaitu Leonardo da Vinci mempelopori gerakan lukis baru ini.

BasukiAbdullah adalah maestro lukis beraliran Naturalisme yang pernah diangkat menjadi pelukis di Istana Merdeka Jakarta pada masa Pemerintahan Presiden Soekarno.Beliau juga aktif mengajar seni lukis pada beberapa muridnya saat mendirikan organisasi Gerakan Poetra pada tahun 1943.Salah satu prestasi yang terkenal dan mendunia adalah saat Basuki Abdullah menjadi pemenang dan mengalahkan 87

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah “kerakyatan”. Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi. Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukis Indonesia sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi. Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep conceptual art “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi. Aliran seni lukis Surrealisme Lukisan aliran surrealisme ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi dan sebenarnya bentuk dari gudang fikiran bawah sadar manusia. Pelukis berusaha untuk membebaskan fikirannya dari bentuk fikiran logis kemudian menuangkan setiap bagian dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu, yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya. Salah satu tokoh yang populer dalam aliran ini adalah Salvador Dali Kubisme Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso. Romantisme Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan. Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh. Plural painting Adalah sebuah proses beraktivitas seni melalui semacam meditasi atau pengembaraan intuisi untuk menangkap dan menterjemahkan gerak hidup dari naluri kehidupan ke dalam bahasa visual. Bahasa visual yang digunakan berpijak pada konsep PLURAL PAINTING. Artinya, untuk menampilkan idiom-idiom agar relatif bisa mencapai ketepatan dengan apa yang telah tertangkap oleh intuisi mempergunakan idiom-idiom yang bersifat multi-etnis, multi-teknik, atau multi-style.. Aliran lain Ekspresionisme Dadaisme Fauvisme Neo-Impresionisme Realisme Naturalisme De Stijl Abstraksi Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Teknik abstraksi yang berkembang pesat seiring merebaknya seni kontemporer saat ini berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya. Abstraksi disebut juga sebagai salah satu aliran yang terdapat di dalam seni lukis.
Morisotadalah salah satu dari sedikit pelukis perempuan yang sukses, dan kisah kesuksesannya membantu meringankan beban para seniman perempuan lainnya. Pada 1897, the École des Beaux-Arts di Paris mulai menerima murid perempuan. Lukisannya yang menggambarkan suaminya bermain dengan anak perempuannya adalah hal baru bagi para seniman pria
Segala sesuatu yang berhubungan dengan modern selalu diasosiasikan dengan Barat Eropa atau Amerika. Oleh karena itu, sebutan seni rupa Indonesia modern tidak bisa dilepaskan dari tradisi berkesenian di Eropa. Persentuhan seni Indonesia dengan seni modern telah berjalan lama dan mendalam sehingga secara langsung atau tidak langsung telah menimbulkan hubungan atau kontak budaya. Salah satu bentuk hubungan atau kontak budaya ini berlangsung melalui kolonialisasi penjajahan.Seni rupa modern di Eropa diproklamirkan sejak munculnya aliran post impresionisme awal abad ke-18. Saat itu ruang kebebasan untuk mencipta karya seni terbuka lebar yang diawali dengan tumbuhnya sikap individualistis dalam berkarya. Sikap individualistis semakin kokoh dengan makin maraknya eksperimen-eksperimen kaum seniman, baik dari masalah bahan, teknik, maupun pengungkapan ekspresi berkesenian seni kolektif Indonesia dan seni modern Eropa berjalan melalui pelukis-pelukis Eropa yang datang ke Indonesia. Persentuhan itu secara perlahan namun pasti telah menggugah individu-individu tertentu untuk membuka lembaran baru dalam berkesenian, yakni seni rupa baru. Pada zaman seni rupa Indonesia baru ini, terjadi beberapa perkembangan seperti Masa Raden Saleh Perintisan Pada pertengahan abad ke-19, dunia seni lukis atau seni gambar senimanseniman Indonesia masih mengacu pada gaya tradisional yang berkembang di daerah-daerah. Sebagian besar karya seni tersebut menyimpan potensi dekoratif. Misalnya, lukisan di Bali dan Jawa serta ornamen di Toraja dan Kalimantan. Sebagian ahli memandang Raden Saleh Syarif Bustaman 1807–1880 sebagai perintis seni lukis modern Indonesia. Ungkapan ini tidak berlebihan mengingat Raden Saleh merupakan orang Indonesia pertama yang mendapat bimbingan melukis secara khusus dari pelukis-pelukis bergaya naturalis dan realis keturunan Belgia yang pernah tinggal di Indonesia, yakni Payen. Atas rekomendasi Payen dan didukung oleh C. Reinwart, Raden Saleh berkesempatan belajar ke Eropa. Pada masa itu, belajar ke Eropa masih tergolong langka bagi kebanyakan penduduk Indonesia. Namun, karena Raden Saleh dipandang mempunyai bakat besar dan masih keturunan bangsawan maka keberangkatannya ke Eropa tak ada yang bisa menghalangi. Ia menjadi orang Indonesia pertama yang belajar seni rupa ke luar negeri. Di Eropa, Raden Saleh mendapat bimbingan dari pelukis potret terkemuka, Cornellius Krusemen dan pelukis pemandangan alam, Andreas Saleh sempat belajar di beberapa negara lainnya seperti Jerman. Di sana, ia bertemu dengan pelukis-pelukis potret lainnya. Ia juga sempat berkunjung ke Aljazair untuk mengadakan studi banding dan bertemu serta menjalin persahabatan dengan pelukis setempat, Horace Vernet. Setelah itu, ia berkunjung ke Prancis. Saat itu, di Prancis sedang berkembang aliran dari dua puluh tahun lamanya Raden Saleh berada di Eropa. Pada 1851 ia menyempatkan pulang ke Indonesia karena ia merasa rindu pada kampung halamannya. Tak berapa lama kemudian ia kembali lagi ke Eropa, dan pada 1879 ia menetapkan untuk pulang ke Indonesia dan selanjutnya bermukim di Bogor. Setahun kemudian, tepatnya 23 April 1880, beliau wafat di Bondongan, perjalanan hidupnya, dapat dikatakan bahwa Raden Saleh lebih lama tinggal di Eropa daripada di Indonesia. Karena itu wajar jika karya lukisnya hingga kini lebih banyak tersimpan di Eropa. Sekalipun demikian, emosinya yang romantis tentang Indonesia tidak pupus oleh kehidupan Eropa. Ia tetap menghasilkan karya-karya yang menunjukkan sikap nasionalisme karena saat itu Indonesia dalam masa penjajahan. Para ahli seni rupa memandang karya Raden Saleh secara tersirat memuat pesan kebangsaan yang tersembunyi seperti tampak dalam karyanya yang bertajuk Antara Hidup dan Mati. Karya ini memperlihatkan pertarungan antara seekor Banteng simbol keperkasaan dan kekuatan bangsa Indonesia dan dua ekor Singa simbol kerakusan dan ketamakan penjajah. Demikian pula lukisan Penangkapan monumental Raden Saleh yang tercatat antara lain Perkelahian dengan Binatang Buas, Hutan Terbakar, Banjir, Harimau dan Mangsanya, dan Merapi yang Meletus. Adapun lukisan potret yang pernah dibuatnya antara lain potret Sultan Hamengkubuwono VIII, potret seorang tua menghadap buku dan globe, potret putri-putri de Jonge, potret Hentzepeter, potret R. P. Bonington, dan potret Keluarga Raden Saleh. Hal tersebut merupakan sebuah contoh dari usaha pemerintah kolonial Belanda untuk mengasimilasikan masyarakat Jawa dengan budaya Masa Indonesia Jelita Mooi Indie Seni rupa Indonesia sejak meninggalnya Raden Saleh sempat mengalami masa kekosongan. Kehidupan penjajahan dan feodalisme yang sudah mengakar tidak memungkinkan Raden Saleh melakukan pengkaderan seni lukis. Pada awal abad ke-20, munculnya Abdullah Suryosubroto yang juga keturunan bangsawan Solo, bukan untuk melanjutkan gaya melukis Raden Saleh. Pada awalnya, Abdullah ke Eropa bermaksud mempelajari ilmu kedokteran. Namun, niat itu berubah karena ketertarikannya terhadap dunia seni lukis yang kemudian mengantarkannya menjadi mahasiswa pada salah satu akademi kesenian di dari Eropa, Abdullah 1878–1941 bermukim di Bandung dan kemudian mengembangkan gaya melukis sendiri, yang kemudian dikenal dengan sebutan Indonesia Jelita Mooi Indie. Gaya ini menekankan pada keelokan dan suasana kehidupan bangsa Indonesia dengan alamnya yang subur dan masyarakatnya yang tentram. Pemandangan alam merupakan objek lukisan yang sangat dominan. Apa saja yang indah dan romantis terlihat menyenangkan, tenang, dan damai. Lukisan-lukisan itu hanya membawa satu makna, yaitu Indies yang molek’ bagi orang asing dan para pohon kelapa, dan sawah adalah objek-objek yang dituangkan dalam karya seni oleh para seniman. Demikian juga lukisan wanita-wanitanya yang elok nan cantik. Pelukis pribumi lainnya yang gemar dengan gaya ini adalah Wakidi, M. Pirngadie, Basuki Abdullah, dan sebelum gaya ini dikembangkan Abdullah telah hadir pelukispelukis asing yang sengaja diundang oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk bekerja sebagai pelukis pesanan. Pelukis-pelukis tersebut antara lain W. G. HoĤer Belanda, R. Locatelli Italia, Le Mayeur Belanda, Roland Strasser Swiss, E. Dezentje Belanda, dan Rudolf Bonnet Belanda.3 Masa Cita Nasional Gaya melukis Mooi Indie tidak terlepas dari kaca mata orang Barat yang memandang bahwa alam Indonesia adalah surga. Padahal pada kenyataannya kehidupan rakyat Indonesia itu penuh dengan kemelut, kemelaratan, tekanan, dan berbagai penderitaan hidup lainnya. Kondisi inilah yang memunculkan kelompok pelukis yang memiliki empati tinggi terhadap kemelaratan rakyat jelata sebagai penolakan dari gerakan sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat kebanyakan pelukis yang bergabung dengan kelompok ini berasal dari kalangan rakyat sehingga mereka merasakan penderitaan dan kepahitan hidup rakyat terjajah. S. Sudjojono 1913–1986 sebagai penggerak kelompok ini sama sekali tidak pernah belajar seni rupa ke Eropa. Pelukis-pelukis yang tergabung ke dalam kelompok ini antara lain Agus Djaya Suminta, L. Sutioso, Rameli, Abdul Salam, OĴo Jaya, S. Sudiarjo, Emiria Sunassa, Saptarita Latif, Herbert Hutagalung, S. Tutur, Hendro Jasmara, dan memperkokoh gerakan dan menyamakan persepsi, kelompok ini kemudian membentuk Perkumpulan Ahli Gambar Indonesia PERSAGI pada 1938 di Jakarta. Karena tujuan utamanya adalah menggalang solidaritas nasional antarseniman lokal dalam mengembangkan seni lukis yang bercorak Indonesia asli, mereka senantiasa membuat sketsa-sketsa tentang corak kehidupan masyarakat saat itu di berbagai masa ini, S. Sudjojono berhasil menciptakan karya monumental, seperti Di Depan Kelambu Terbuka, Cap Gomeh, Jongkatan, Mainan Anak-Anak Sunter, Sayang Saya Bukan Anjing, serta Nyekar dan Bunga Kamboja. Agus Djaya Suminta menghasilkan karya Bharata Yudha, Arjuna Wiwaha, Dalam Taman Nirwana dan Suara Suling di Malam Hari. Sementara itu, OĴo Jaya melahirkan karya Penggodaan dan Wanita Masa Pendudukan Jepang Masa imperialisme di Indonesia belum berakhir meskipun Belanda harus angkat kaki dari bumi Indonesia. Hal itu karena Indonesia mengalami penjajahan Jepang 1942–1945. Pada zaman pendudukan Jepang, tepatnya pada 1942, PERSAGI dipaksa bubar. Seniman yang lahir dari kalangan grass root akar rumput, yakni masyarakat bawah, jumlahnya semakin banyak. Sementara itu, tentara pendudukan Jepang yang berkuasa saat itu sangat jeli melihat perkembangan kesenian Indonesia. Pada 1945, mereka mendirikan sebuah lembaga dengan nama Jepang Keimin Bunka Shidoso Pusat Kebudayaan yang pengajarnya merupakan mantan anggota PERSAGI seperti Agus Djaya Suminta dan S. Sudjojono. Mereka yang menyediakan sarana untuk kegiatan masa ini, sekalipun kehidupan perekonomian masyarakat Indonesia serba kekurangan, namun kehidupan berkesenian tampak berkobar-kobar. Para pelukis pun mendapat angin segar dari tentara pendudukan Jepang. Angin segar ini dimanfaatkan oleh para pelukis Indonesia untuk melakukan pameran. Tujuannya di samping memamerkan karya-karya pelukis lokal, juga sebagai ajang penyebaran rasa kebangsaan kepada masyarakat luas. Pelukis yang turut serta memamerkan karya lukisnya ialah Basuki Abdullah, Affandi, Kartono Yudhokusumo, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, dan OĴo sisi lain, perubahan sosial politik terus bergulir dan semakin mempertebal jiwa nasionalisme rakyat. Sebagai wadah tempat penampungan aspirasi rakyat, dibentuklah lembaga yang berupaya mempersiapkan segala sesuatu hal yang mungkin terjadi. Lembaga itu didirikan oleh Ir. Soekarno, Manshur, dan Ki Hajar Dewantara dengan nama Poesat Tenaga Rakjat atau POETRA. Salah satu bidang yang dikelola lembaga ini adalah seni lukis. Dengan demikian, seni lukis pun memiliki peran aktif dalam menyebarkan jiwa nasionalisme. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa seni lukis memiliki andil besar dalam mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia. Para pelukis yang pernah aktif dalam lembaga POETRA adalah para pelukis dari berbagai aliran seperti S. Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, Barli Sasmita dan Masa Sesudah Kemerdekaan Keadaan negara setelah proklamasi kemerdekaan 1945 tidak menghentikan aktivitas kesenian. Saat itu seni lukis dijadikan media untuk berjuang. Perkembangan seni lukis di Indonesia menunjukkan kemajuan yang pesat karena seni lukis telah menyatu dengan semangat perjuangan kemerdekaan bangsa. Jiwa kepahlawanan ini dibuktikan dalam bentuk poster-poster perjuangan dan lukisan sketsa di tengahtengah pertempuran. Salah seorang pelukis yang pernah melakukan hal itu ialah Djajengasmoro bersama kelompok Pelukis pusat pemerintahan ke Yogyakarta pada 1946 diikuti dengan hijrahnya para pelukis. Kota Yogyakarta pun menjadi pusat para pelukis. Pada 1946 di Yogyakarta, Affandi, Rusli, Hendra Gunawan, dan Harijadi membentuk perkumpulan Seni Rupa Masyarakat. Setahun kemudian, yaitu pada 1947 mereka bergabung dengan perkumpulan Seniman Indonesia Muda SIM yang dibentuk pada 1946 di Madiun dengan pelopor kegiatan SIM berpindah dari Madiun ke Surakarta dan kemudian berpindah lagi ke Yogyakarta. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang masih sering bergolak. Di Yogyakarta, anggota SIM menerbitkan majalah bernama Seniman. Melalui majalah, disebarkan berbagai ajakan kepada para seniman berbakat agar bergabung sehingga anggotanya terus bertambah. Beberapa orang yang bergabung di antaranya Suromo, Surono, Abdul Salam, Sudibyo, dan Trisno Sumarjo. Namun, pertentangan internal di antara pengurus membuat Affandi dan Hendra Gunawan keluar dari SIM. Kemudian, mereka membentuk kelompok Peloekis Rakjat yang di dalamnya terdapat Soedarso, Kusnadi, Sasongko, Dullah, Trubus, Sumitro, Sudoardjo, dan Masa Pendidikan Formal Pada 1949, R. J. Katamsi dengan beberapa seniman anggota SIM, Pelukis Rakjat, POETRA, dan Budayan Taman Siswa merintis akademi Seni Rupa Indonesia ASRI yang kini berubah menjadi ISI. Tujuan didirikannya akademi ini adalah untuk mencetak calon-calon seniman. Para tokoh ASRI antara lain S. Soedjojono, Hendra Gunawan, Djajengasmoro, Kusnadi, dan itu, di Bandung pada 1950-an berdiri pula Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori oleh Syafe’i Soemardja. Ia dibantu oleh Mochtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, dan Edi Karta Subarna. Sejak 1959, lembaga ini berubah nama menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung ITB.Pada 1964, berdiri pula jurusan Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung saat ini bernama Universitas Pendidikan Indonesia yang dipelopori oleh Barli, Karmas, Popo Iskandar, Radiosuto, dan Wiyoso Yudoseputo. Sebagian alumni Jurusan Seni Rupa IKIP Bandung yang menekuni seni lukis adalah seniman Oho Garha, Nana Banna, Hidayat, Dadang MA, dan Hardiman. Beberapa tahun kemudian dibuka jurusan seni rupa di IKIP lainnya di seluruh Masa Seni Lukis Baru di Indonesia Sejalan dengan perkembangan teknologi dan masyarakat yang mulai maju, sekitar 1974 lahirlah kelompok seniman muda di berbagai daerah. Para seniman muda yang tergabung dalam gerakan ini antara lain Jim Supangkat, S. Prinka, Satyagraha, F. X. Harsono, Dede Eri Supria, dan Munni Ardi. Mereka menampilkan corak baru dalam penggarapan karyanya. Pameran perdana karya mereka yang diadakan di Taman Ismail Marzuki TIM Jakarta banyak mengundang perhatian masyarakat. Karya-karya para seniman muda yang kebanyakan masih kuliah itu didasari oleh alasan-alasan sebagai berikut. Membongkar peristilahan seniman sebagai atribut yang hanya dilekatkan pada kalangan akademis saja, sementara masyarakat kecil yang bergiat dalam kesenian tidak mendapat tempat yang semestinya. Menggugat batasan-batasan seni yang sudah lama dipancangkan oleh seniman tua. Ini berarti menghindari adanya pembingkaian seni dalam satu kaca mata. Berusaha menciptakan sesuatu yang baru dengan berbagai media, konsep berkarya, dan lain-lain. Penciptaan karya seni tersebut tidak terkecuali seni yang diterapkan pada hal yang dipandang sakral.

AffandiKoesoema (Cirebon, Jawa Barat, 1907 - 23 Mei 1990) adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, mungkin pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya ekspresionisnya yang khas. Pada tahun 1950-an ia banyak mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat.

Lukisan Virgin and Child with Canon van der Paele karya Jan van Eyck. Renaisans adalah salah satu masa yang paling banyak dibahas, khususnya dalam hal seni. Pada masa ini, muncul banyak seniman produktif yang pengaruh dan karya seninya masih dibicarakan dan dikagumi hingga saat ini. Maka, tak mengherankan jika Renaisans dianggap sebagai periode paling berpengaruh dalam perkembangan seni karya seni, khususnya dalam bentuk lukisan yang dibuat pada masa Renaisans, masih tetap terkenal seiring waktu karena dianggap sebagai lukisan paling ikonik yang pernah sekian banyak seniman di zaman Renaisans, kali ini kita akan membahas beberapa pelukis yang paling terkenal pada zaman Renaisans dan keunikan yang mereka miliki. Berikut informasinya yang dirangkum dari laman Art in Context dan The Sandro Botticelli 1445-1510Lukisan Madonna of the Pomegranate karya Sandro Botticelli Botticelli adalah salah satu seniman legendaris yang membantu membentuk zaman keemasan Renaissance Awal. Botticelli memiliki tekad untuk menangkap kembali cita-cita estetika dunia kuno, yaitu harmoni, simetri, dan keseimbangan. Sebagai seorang pelukis, ia memunculkan suasana transenden dan tenang melalui penggunaan warna bercahaya dan sapuan kuas yang halus dalam setiap lain yang berkontribusi pada kesuksesan Botticelli sebagai seorang pelukis adalah kepadatan lukisannya. Setiap lukisannya biasanya diisi dengan berbagai macam figur, simbol, dan gambar. Banyaknya materi ini memungkinkan kita untuk menghabiskan waktu yang lama untuk memeriksa dan merenungkan makna dan efek dari berbagai Hieronymus Bosch 1450-1516Lukisan The Garden of Earthly Delights karya Hieronymus Bosch. Bosch merupakan tokoh penting di sekolah seni lukis Belanda awal. Lukisan karyanya menunjukkan pendekatan seni yang benar-benar unik dengan tema kematian, akhirat, dan tema yang membuat bingung. Bosch juga terkenal karena melukis sejumlah adegan neraka yang meresahkan, beberapa di antaranya membuat penggunaan warna yang tak biasa, sehingga sangat yang paling terkenal, The Garden of Earthly Delights, menunjukkan lanskap yang penuh dengan sosok telanjang serta serta hewan eksotis. Lukisannya yang fantastis telah membuat banyak sejarawan seni memuji Bosch sebagai Father of Leonardo da Vinci 1452-1519Lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci. pixabay/Free-PhotosLeonardo da Vinci bisa dibilang salah satu tokoh seni yang paling berpengaruh sepanjang masa. Bukan hanya seniman, da Vinci juga merupakan ahli di bidang matematika, teknik, hingga astronomi, tetapi ia paling dikenal sebagai seorang seniman. Karya seninya yang paling terkenal adalah lukisan yang berjudul Mona Lisa, yang menjadi lukisan paling dikenal dan direproduksi di dunia. Kemampuan da Vinci untuk membuat lukisan yang menarik muncul dari pemahamannya tentang teknik. Studinya tentang perspektif dan proporsi dituangkan dalam Vitruvian Man, memungkinkannya untuk mereproduksi realitas dengan tingkat akurasi yang luar biasa. Baca Juga 7 Pelukis Perempuan Paling Dikenang di Dunia, Girls Power 4. Matthias Grünewald 1470-1528Lukisan The Crucifixion karya Matthias Grünewald Grünewald adalah seorang seniman Renaisans asal Jerman. Ciri khas lukisan Grünewald adalah menyampaikan gaya yang sangat hidup dan pribadi dengan warna yang kaya dan ekspresi dramatis. Cahaya dan bayangan, figur terdistorsi, dan materi pelajaran yang mencolok semuanya digabungkan dalam mahakarya Grünewald untuk menciptakan rasa transendensi seni sering membandingkan karya Grünewald dengan Albrecht Dürer yang hidup pada zaman yang sama. Meskipun keduanya memiliki gaya lukisan yang sangat bervariasi, banyak lukisan Grünewald secara historis dikaitkan dengan Giotto di Bondone 1267-1337Lukisan Crucifixion of Jesus karya Giotto di Bondone. di Bondone adalah pelukis dan arsitek Italia yang sukses menghasilkan beberapa lukisan paling ikonik dari era Renaisans. Giotto juga dipandang sebagai salah satu seniman terpenting dalam seluruh perkembangan seni Barat karena dia dikatakan sebagai salah satu seniman yang pertama terkenal dari gaya uniknya dalam menambahkan rasa kemanusiaan pada tradisi seni Abad Pertengahan. Gaya lukisan Gitto membantu memperkenalkan era baru dalam seni lukis yang menggabungkan kekunoan agama dan gagasan humanisme Renaisans yang berkembang. Karya yang ia hasilkan mendominasi seni Eropa dan dikatakan tidak ada bandingannya sampai Michelangelo yang agung mulai memproduksi karya serupa dua abad Jan van Eyck 1390-1441Lukisan Virgin and Child with Canon van der Paele karya Jan van Eyck. van Eyck adalah pelukis Belanda yang dianggap jenius dalam lukisan cat minyak. Dikenal karena gaya pewarnaannya, adegan naturalistik, dan ketajamannya terhadap detail dalam semua lukisannya, van Eyck menggunakan cat minyak untuk efek yang dimilikinya. Karena tingkat kepiawaiannya dalam melukis, karya van Eyck menjadi sangat sulit ditiru. Dengan menyajikan hal-hal seperti permata berkilauan, logam reflektif, kain mewah, dan kulit manusia yang halus dengan detail seperti itu, van Eyck menambahkan kualitas yang berbeda dalam Albrecht Dürer 1471-1528Lukisan berjudul Self Potrait karya Albrecht Dürer. Dürer dianggap sebagai pelukis yang sangat ahli dalam hal detail, cahaya, dan realisme. Semasa hidupnya, Dürer relatif terkenal baik di dalam maupun di luar negeri karena lukisan cat minyak, gambar, cetakan terukir, dan karya lukisan Dürer cenderung memadukan tren dari seni Italia dan Eropa Utara serta memiliki perhatian yang luar biasa terhadap detail. Dürer juga dikenal sebagai seniman non-Italia pertama yang menerapkan tema-tema seperti filsafat kontemporer dan berbagai gagasan teologis pada pelukis di zaman Renaisans ini memang memiliki ciri khas yang sangat unik dalam lukisannya. Tak mengherankan jika lukisan karya mereka terus dibahas dan dikagumi selama berabad-abad lamanya. Dari semuanya, mana yang menurutmu memiliki ciri khas paling unik? Baca Juga 7 Lukisan yang Menginspirasi Film Horor Populer Dunia . 2 148 25 99 107 30 91 70

salah satu pelukis pada zaman baru adalah